PSS Sleman didirikan pada tanggal 20 Mei 1976, dan merupakan
perserikatan tertua ketiga di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sesudah
PSIM Yogyakarta dan Persiba Bantul. Waktu berdirinya PSS Sleman hampir
bersamaan dengan saat berdirinya Persikup Kulonprogo, dan Persig
Gunungkidul. Saat itu,selain di kota Yogyakarta, potensi sepakbola di
empat daerah kabupaten tidak terpantau dan kurang terkelola dengan baik.
Padahal beberapa daerah di Sleman, seperti Prambanan dan Kalasan sejak
dulu sudah memiliki tim sepakbola yang tangguh, yang ditandai dengan
hadirnya beberapa tim luar daerah yang mengadakan pertandingan ujicoba
dengan tim di kawasan tersebut.
Hal ini juga dapat dilihat dari proses pembentukan tim PraPON DIY pada
tahun 1976 yang dilakukan dengan turnamen kecil dengan peserta dari
empat kabupaten di Yogyakarta. Dari turnamen ini, akan diambil beberapa
pemain yang kemudian akan dijadikan pemain tambahan bagi tim PSIM yang
menjadi kekuatan tim inti Pra PON DIY saat itu. Turnamen kecil yang
digelar di Stadion Kridosono tersebut dapat dikatakan sebagai debut
resmi bagi PSS. PSS berhasil mengalahkan Persig Gunungkidul 1-0 pada
tanggal 10 Agustus 1976, sebelum akhirnya kalah dari Persiba Bantul 0-2
dalam pertandingan final.
Pelan namun pasti, PSS mencoba menapak kompetisi nasional melalui
pemain-pemain yang dibina di kompetisi internal secara kontinyu. PSS
pernah dipuji oleh ketua umum PSSI, Kardono sebagai tim perserikatan
yang memiliki kompetisi internal terbaik di Indonesia. Tak kurang 60 tim
amatir secara rutin bertarung dalam tiga divisi dalam kompetisi PSS.
Klub-klub asal Sleman pun merajai berbagai turnamen tarkam, dan PSS tak
pernah kekurangan stok pemain.
Sejak tahun 1987, PSS mulai mentargetkan agar dapat berlaga ke pentas
sepakbola nasional dengan promosi ke Divisi I. Namun seringkali usaha
PSS kandas saat mengikuti kompetisi penyisihan Divisi IIA-zona Jateng
DIY. Persijap Jepara, PSIR Rembang, dan Persiku Kudus, adalah
lawan-lawan yang secara bergantian mengganjal langkah PSS agar dapat
lolos ke Divisi II zona nasional. Keberhasilan PSIR dan Persiku promosi
ke Divisi I, dan bahkan ke Divisi Utama saat Liga Indonesia mulai
bergulir memuluskan langkah PSS untuk merajai Divisi IIA Jateng DIY
bersama Persijap Jepara, dan berlaga di pentas Divisi II Nasional.
Namun, usaha PSS untuk promosi ke Divisi I pada Liga Indonesia 1994/1995
gagal di babak penyisihan sekalipun mereka berlaga di kandang sendiri.
Baru Liga Indonesia tahun 1995/1996, PSS berhasil melangkah ke putaran
final babak empat besar Divisi II yang diselenggarakan di Tangerang.
Sayangnya PSS harus mengakui Persewangi Banyuwangi dalam babak semifinal
melalui adu penalti. Persewangi, dan Persikota Tangerang pun lolos
otomatis ke Divisi I, sedangkan PSS bersama Persipal Palu harus beradu
dengan dua tim Divisi I dalam babak playoff.
Dalam babak playoff yang diadakan di stadion Tridadi, PSS sempat berada
di ujung tanduk setelah tim Persiss Sorong menyerah 1-7 dari Persipal
Palu, dan membuat PSS harus mengalahkan pimpinan klasemen Aceh Putra
Galatama untuk berebut satu tiket tersisa. Kalah atau imbang, PSS harus
merelakan Aceh Putra, dan Persipal untuk berlaga di Divisi I. Lewat
pertarungan ketat, PSS berhasil mengalahkan Aceh Putra dan meraih tiket
promosi.
Aksi debutan PSS di Divisi I Liga Indonesia 1996/1997 cukup
mencengangkan. Tim yang mengandalkan materi pemain hasil binaan sendiri
tersebut berhasil lolos dari Grup Tengah III, mendampingi Persikabo
Bogor ke babak sepuluh besar. Dalam babak sepuluh besar Grup A yang
digelar di Stadion Mandala Krida, PSS harus puas di peringkat tiga dan
gagal ke semifinal. Langkah PSS ke Divisi Utama baru berhasil pada Liga
Indonesia 1999/2000 setelah PSS keluar sebagai Juara II Divisi I Liga
Indonesia, dan ditandai dengan kecermelangan performa M.Eksan yang
keluar sebagai top Skor dengan 11 gol.
Sempat dipandang sebelah mata, PSS dapat bertahan menghadapi persaingan
keras Divisi Utama Liga Indonesia. Tim berjuluk Elang Jawa ini berhasil
lolos dari jurang degradasi pada saat saat terakhir kompetisi. Prestasi
terbaik PSS diraih saat Liga Indonesia digelar dengan sistem satu
wilayah pada tahun 2003, dan 2004, dengan menempati posisi ke-4. Sejak
kiprahnya di Divisi Utama, PSS telah mengantarkan Anton Hermawan, dan
Moh. Maully Lessy untuk mengenakan kostum tim nasional. Sayangnya,
melambungnya prestasi PSS juga ditandai dengan memudarnya semangat
pembinaan, dan terbengkelainya kompetisi internal di Sleman. Problema
antara tuntutan prestasi dan pembinaan menjadi tantangan terbesar bagi
PSS Sleman agar keberadaannya mampu mencerminkan kualitas kompetisi
sepakbola di Sleman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar